Momentum Idul Adha
Friday, 25 August 2017
Add Comment
Lebih dari empat juta saudara-saudara sesama muslim kita kemarin melaksanakan wukuf di Padang Arafah. Kita yang di Tanah Air pun ada yang meleksanakan puasa sunnat arafah, dilanjutkan keesokan harinya melaksanakan sholat id. Perbedaan pelaksanaan hari ini dan besok, bukanlah menjadi masalah. Justru sebaliknya, kekuatan ummat semakin rekat dengan saling menghargai adanya perbedaan dan menerimanya sebagai rahmat.
Secara kebetulan Hari Raya idul adha 1438 hijriyah atau yang sering kita sebut dengan Lebaran Haji, waktunya berdekatan dengan awal tahun baru hijriyah. Bertitik tolak dari hal itu, kita bisa mengambil pelajaran dari apa yang telah kita lakukan, baik sebagai pribadi maupun anggota masyarakat, menjadi langkah awal kita untuk memperbaikinya di lembaran hari di tahun yang baru. Meski setiap hari seharusnya menjadi lebih baik dari hari sebelumnya, namun tidak ada salahnya bila momentumnya di saat selepas Idul Adha memasuki awal tahun baru.
Banyak hal yang bisa kita petik hikmahnya dari momentum idul adha. Keikhlasan dan kerelaan kita berkurban semata untuk Allah memberi dimensi lain berupa pemupukan rasa kesetiakawanan sosial kita terhadap sesama. Apalagi dalam suasna masyarakat kita yang belum lepas dari belitan krisis ekonomi disertai bencana alam yang datang silih berganti. Hal ini memerlukan uluran tangan kita yang mampu dan tidak terkena bencana untuk menolong yang lemah.
Dimensi sosial dalam idul adha mengajarkan kita untuk berempati terhadap saudara-saudara kita yang lemah ekonominya dan sekaligus menanamkan sifat silaturrahim, sehingga kita tidak menjadikan moment ini hanya menjadi rutinitas tahunan belaka tanpa makna. Sifat kerelaan, ikhlas beramal dapat kita lakukan pada waktu-waktu yang lain. Jadikan sifat tersebut sebagai bagian dari langkah kita sehari-hari.
Sejak bergulirnya masa reformasi pada delapan tahun silam, sifat gotong royong yang turun temurun dari nenek moyang kita bagai hilang tergerus zaman. Segala sesuatu selalu di ukur dengan materi atau uang. Bahkan untuk menshalatkan jenazah saja keluarga yang sedang berduka harus menyapkan amplop. Materi telah mempengaruhi sifat empati dan keimanan di kalangan masyarakat saat ini. Semoga saja hal ini tidak terjadi pada kita.
Sikap ramah sebagai bagian dari dimensi sosial itu juga terbawa arus reformasi. Entah mengapa masyarakat kita mudah tersulut emosi dan cepat marah. Tidak jarang kita menemukan aksi-aksi anarki yang mrngiringi unjuk rasa berupa pembakaran fasilitas umum maupun properti milik individu.
Kejadian seperti ini tidak hanya kita temui dalam kasus-kasus politik dan pilkada saja, tapi juga dalam kasus-kasus perbedaan keyakinan. Nah, momentum Idul Adha yang sarat dengan pesan-pesan sosial semoga saja menyentak mata hati kita semua untuk menjaga sifat ramah dalam kehidupan sehari-hari.
Selepas Idul Adha kita memasuki tahun baru hijriyah, tidak ada salahnya bila pesan-pesan sosial dalam idul adha menjadi pijakan kita dalam melangkah di tahun yang baru agar hidup kita lebih bermakna. Marilah kita kembangkan sifat ramah dan tolong menolong dalam hidup ini. Selamat Idul Adha, selamat tahun baru.
e
0 Response to "Momentum Idul Adha"
Post a Comment