-->

HADITS AL BAIHAQI Mencekal Hidup Bebas Tanpa Batas


Hiduplah sesukamu, (tapi ingat) sesungguhnya kamu akan mati. Cintailah apa yang kau cintai sesukamu (tapi ingat), sesungguhnya kamu akan meninggalkannya. Berbuatlah sesukamu, (tapi ingat) sesungguhnya kamu akan dibalas (sesuai amalmu). dan ketahuilah kemulyaan seorang mukmin adalah shalatnya di malam hari dan kejayaannya adalah ketidak tergantungannya kepada manusia. (HR. Imam al-Baihaqi)

Sepintas, bunyi hadist tersebut menunjukan perintah atau anjuran, (hidup, cintai dan berbuatlah semaumu), padahal ini merupakan sebuah larangan. Dalam gramatika bahasa arab seperti (ilmu balaghoh) bunyi kata seperti hadist di atas dinamakan “tahdid”.
Masih dari bahasan hadist di atas pula. Kita sebagai mukmin yang dianugrahkan akal-pikiran yang sempurna, paling tidak terdapat 3 hal yang sangat prinsip yang harus kita garis bawahi dan di wanti-wanti:

Pertama, Hidup Semaunya Sendiri
    Ada saatnya kita lahir,  ada kesempatan kita hidup, tetapi ada saatnya kita meninggalkan dunia untuk mempertanggung jawabkan hidup ini. Saat kita meninggalkan dunia ini dan   menghadap Tahta Allah,  maka kehidupan kita akan diadili. Apakah hidup kita menyenangkan Tuhan atau tidak ??
Silahkan habiskan hidup kalian dengan ekspresi yang kalian sukai, tapi ingat kalian pasti mati. Sekuat, sehebat, dan sekaya apapun kita, semua cerita itu akan berakhir pada kematian. Cita-cita yang tinggi dan mulya akan tersimpan dalam lubang hitam nan gelap, yakni kuburan. Hiduplah dengan gayamu sendiri tanpa harus melanggar larangan. Hiduplah dan bergayalah semau angan panjangmu tanpa harus mengorbankan kewajiban.
Sadarlah, bahwa apa yang kita perbuat pasti ada balasannya. Sama dengan kita menanam pohon, kalau pohon itu tumbuh besar dan berbuah kita pulalah yang akan menuainya.

Kedua, Mencintai Sesutau Semaunya
    “aku tak bisa hidup tanpamu”. kata ini yang sering kita dengar dari muda-mudi yang sedang kasmaran. Tapi, lupakanlah. Karena memang agama tak pernah melarang manusia untuk saling mencintai satu sama lainnya.
Mencintai sahabat, keluarga, dan sebagainya, lebih-lebih lawan jenis merupakan fitrah manusiawi yang harus di jaga dan di ekspresikan dengan baik dan benar sesuai dengan tuntunan agama, tidak lalu menghalalkan segala macam cara. Sehingga model cinta yang melebihi batas normalnya, mendapat kecaman dari agama.
    Untuk pacar kita, Kita sering menghabiskan waktu bersamanya, tapi bagaimana dengan tuhan yang telah menciptakan kita. Kita rela menghabiskan banyak uang, karena untuk membahagiakannya. Kita rela berbuat apa saja, karena kita ingin menjadi pahlawan dihadapannya. Ini kejadian yang tidak bisa dielakkan apalagi di dustakan. Pertanyaannya sekarang, seberapa sering kita berlama-lama dengan dzat yang telah menciptakan kita? Berapa banyak uang yang sudah kita keluarkan untuk mendapatkan kasih sayangnya? Dan berapa kali kita menjadi pahlawan untuknya? Namun, pertanyaan yang lebih pedas dan lebih berat lagi kita jawab adalah, berapa kerugian materi, waktu dan tenaga untuk orang yang kita sayangi yang suatu saat pasti akan mengecewakan kita?
    Mencintai siapapun jangan sampai mengalahkan cinta kita kepada penciptanya, sekalipun orang yang sangat kita sayangi.Karena satu-satunya cinta yang tidak beresiko kekecewaan, hanyalah mencintai tuhannya dengan seutuhnya.

Ketiga, Berbuat Sesuatu Semaunya
    Dalam menjalani proses hidup, setiap individu memiliki peran masing-masing, untuk menciptakan hidup yang bermakna dan penuh arti. Baiknya hasil dari apa yang kita lakukan tentu tidak lepas dari baiknya kita memerankan lakon di dalamnya. Maka, untuk mendapatkan hasil yang baik, terlebih dahulu yang harus diketahui adalah, berada di bagian mana peran kita. Berbuat semaunya bukan berarti kita bisa mengerjakan sesuatu tanpa memikirkin dampak negatif dari perbuatan kita, baik yag berdampak pada diri kita sendiri maupun terhadap orang lain.
    Di dalam  agama, sudah jelas aturan-aturan bagaimana kita berbuat, bertingkah laku dan sebagainya. Hal inilah yang menjadi patokan dalam bertinak.
Lantas bagaimanakah kita menyikapinya, berbuat semaunya tanpa mengikuti aturan ataukah mengkikuti aturan-aturan yang sudah ada dalam agama...?

0 Response to "HADITS AL BAIHAQI Mencekal Hidup Bebas Tanpa Batas"

Post a Comment

Iklan Bawah Artikel