Negeri Islam di Hutan Belukar
Friday, 30 September 2016
Add Comment
Istilah Hutan Belukar hanya julukan
dari sebuah negara yang terletak di Amerika Selatan. Adalah Suriname nama
negaranya. Suraname disebut-sebut sebagai “Indonesia wilayah barat”, disana
tinggal sekitar kurang lebih 75.000 etnis jawa. Suku jawa merupakan suku
terbesar ketiga setelah afrika dan India. Jumlah yang tidak sedikit ini
mewakili 17% dari total populasi penduduk negara suriname yang mencapai 438 ribu.
Masuknya orang jawa ke negeri ini
disebabkan panggilan belanda untuk mempekerjakan atau lebih tepatnya menjadi
kuli di sana, karena pada tahun 1880 istilah perbudakan telah di hapus dari
kaca mata dunia. Dimana pada waktu itu, suriname masih menjadi negara jajahan
belanda begitu juga Indonesia.
Pada tahun 1890 – 1939 banyak sekali orang jawa yang dikirim kesana sebagai pekerja gula dan kayu. Menurut beberapa informasi di berbagai media massa, orang jawa yang dikirim kesana mencapai angka 33 ribu. Banyaknya pengiriman yang dilakukan oleh belanda ke suriname pada waktu itu membawa dampak positif terhadap tumbuh suburnya agama islam disana. Sensus penduduk yang dilakukan pada tahun 2005 menunjukan, bahwa penduduk muslim di sana sudah mencapai angka 96.391 dari total penduduk secara keseluruhan. Sehingga sangat wajar, kalau suriname menjadi negara terbesar sebagai penganut agama islam di Benua Amerika.
Orang jawa yang ada dan bekerja disana, kebanyakan masih minim pengetahuan tentang keagamaan bisa dikatakan tidak memiliki pemahaman agama secara baik. Sehingga dalam waktu yang relatif panjang, mereka melaksanakan shalat menghadap ke arah barat sebagaimana shalatnya di jawa. Padahal kalau dilihat dari letak geografisnya, suriname berada di sisi baratnya Makkah, mestinya mereka shalat menghadap ke arah timur.
Baru setelah itu, datang kelompok yang menyatakan bahwa arah kiblat ke timur. Oleh karenanya, masjid di Suriname terbagi menjadi dua macam, yakni masjid barat dan masjid timur. Umat islamnya pun terbagi menjadi dua pula, yakni kelompok barat dan kelompok timur. Meskipun saat ini kelompok barat tidak begitu banyak. Ini sudah menjadi bukti nyata bahwa di negara yang baru merdeka pada tahun 1975 itu sangat minim sekali pendidikan keagamanya.
Menurut salah satu mahasiswa India yang berdomisili Indonesia menuturkan bahwa, anak – anak suriname yang belajar dakwah di India mengeluhkan dengan langkanya dai – dai yang mengetahui keadaan psikologis muslim suriname dan bisa membimbing amaliyah ibadah yang di praktekkan oleh mereka.
Rendahnya pengetahuan agama dikalangan muslim suriname membutuhkan perhatian dari saudara –saudara muslimnya yang lain. Sangat disayangkan kalau para kaum muslimin disana di terlantarkan begitu saja.
Namun beberapa kalangan Ormas islam di Indonesia dikabarkan telah mengirimkan tenaga pengajar yang mumpuni, khatib, juru dakwah dan Imam Masjid kesana, seperti Ormas DDII (Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia), Muhammadiyah dan Ormas lainnya. Bahkan, pada masa kepemrintahan Soeharto 1980. DDII telah mengirimkan 1000 orang juru dakwah kesana untuk meningkatkan mutu keagamaan dan menyemarakkan kegiatan – kegiatan Islam di Suriname. Semoga kedepannya bertambah lagi uluran tangan kepedulian kepada umat islam di suriname. Amin....!
Pada tahun 1890 – 1939 banyak sekali orang jawa yang dikirim kesana sebagai pekerja gula dan kayu. Menurut beberapa informasi di berbagai media massa, orang jawa yang dikirim kesana mencapai angka 33 ribu. Banyaknya pengiriman yang dilakukan oleh belanda ke suriname pada waktu itu membawa dampak positif terhadap tumbuh suburnya agama islam disana. Sensus penduduk yang dilakukan pada tahun 2005 menunjukan, bahwa penduduk muslim di sana sudah mencapai angka 96.391 dari total penduduk secara keseluruhan. Sehingga sangat wajar, kalau suriname menjadi negara terbesar sebagai penganut agama islam di Benua Amerika.
Orang jawa yang ada dan bekerja disana, kebanyakan masih minim pengetahuan tentang keagamaan bisa dikatakan tidak memiliki pemahaman agama secara baik. Sehingga dalam waktu yang relatif panjang, mereka melaksanakan shalat menghadap ke arah barat sebagaimana shalatnya di jawa. Padahal kalau dilihat dari letak geografisnya, suriname berada di sisi baratnya Makkah, mestinya mereka shalat menghadap ke arah timur.
Baru setelah itu, datang kelompok yang menyatakan bahwa arah kiblat ke timur. Oleh karenanya, masjid di Suriname terbagi menjadi dua macam, yakni masjid barat dan masjid timur. Umat islamnya pun terbagi menjadi dua pula, yakni kelompok barat dan kelompok timur. Meskipun saat ini kelompok barat tidak begitu banyak. Ini sudah menjadi bukti nyata bahwa di negara yang baru merdeka pada tahun 1975 itu sangat minim sekali pendidikan keagamanya.
Menurut salah satu mahasiswa India yang berdomisili Indonesia menuturkan bahwa, anak – anak suriname yang belajar dakwah di India mengeluhkan dengan langkanya dai – dai yang mengetahui keadaan psikologis muslim suriname dan bisa membimbing amaliyah ibadah yang di praktekkan oleh mereka.
Rendahnya pengetahuan agama dikalangan muslim suriname membutuhkan perhatian dari saudara –saudara muslimnya yang lain. Sangat disayangkan kalau para kaum muslimin disana di terlantarkan begitu saja.
Namun beberapa kalangan Ormas islam di Indonesia dikabarkan telah mengirimkan tenaga pengajar yang mumpuni, khatib, juru dakwah dan Imam Masjid kesana, seperti Ormas DDII (Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia), Muhammadiyah dan Ormas lainnya. Bahkan, pada masa kepemrintahan Soeharto 1980. DDII telah mengirimkan 1000 orang juru dakwah kesana untuk meningkatkan mutu keagamaan dan menyemarakkan kegiatan – kegiatan Islam di Suriname. Semoga kedepannya bertambah lagi uluran tangan kepedulian kepada umat islam di suriname. Amin....!
0 Response to "Negeri Islam di Hutan Belukar"
Post a Comment