Peran GUSDUR Terhadap NU dan Keadilan Bangsa
Wednesday, 6 September 2017
Add Comment
GUS DUR
“Untuk NU dan Keadilan Bangsa”
Dr.(H.C.) K. H. Abdurrahman Wahid atau yang akrab disapa Gus Dur (lahir di Jombang, Jawa Timur, 7 September 1940 – meninggal di Jakarta, 30 Desember 2009 pada umur 69 tahun) adalah seorang tokoh Muslim Indonesia dan pemimpin politik yang menjadi Presiden Indonesia yang keempat dari tahun 1999 hingga 2001.
Abdurrahman Wahid adalah mantan ketua Tanfidziyah (badan eksekutif) Nahdlatul Ulama dan pendiri Partai Kebangkitan Bangsa (PKB).
“Gus Dur” lahir dengan nama Abdurrahman Addakhil. "Addakhil" berarti "Sang Penakluk". Kata "Addakhil" tidak cukup dikenal dan diganti nama "Wahid", dan kemudian lebih dikenal dengan panggilan Gus Dur. "Gus" adalah panggilan kehormatan khas pesantren kepada seorang putra kiai yang berati "abang" atau "mas".
Gus Dur adalah putra pertama dari enam bersaudara. Gus Dur lahir dalam keluarga yang sangat terhormat dalam komunitas Muslim Jawa Timur. Kakek dari ayahnya adalah K.H. Hasyim Asyari, pendiri Nahdlatul Ulama (NU), sementara kakek dari pihak ibu, K.H. Bisri Syansuri, adalah pengajar pesantren pertama yang mengajarkan kelas pada perempuan. Ayah Gus Dur, K.H. Wahid Hasyim, terlibat dalam Gerakan Nasionalis dan menjadi Menteri Agama tahun 1949. Ibunya, Ny. Hj. Sholehah, adalah putri pendiri Pondok Pesantren Denanyar Jombang.
KH Maimun Zubeir dan H. Nasihin Hasan Berdiskusi tentang Gus Dur dan menemukan tiga kelebihan Gus Dur.
Pertama, ia orang yang sangat dermawan atau loman. Ketika orang membutuhkan apa yang dia punya, diberikan, padahal kebutuhannya bukan main untuk keluarga.
Kedua, silaturrahmi. Kemana pun pergi, ia selalu berusaha mengunjungi teman yang dekat dengan lokasi tersebut. Ia tidak peduli, pokoknya ada lewat, ada teman, pasti diampiri. Kalau perlu dicari orangnya, karena sering berkunjung ke teman-temannya, akhirnya Gus Dur juga banyak menerima tamu di Jakarta.
Ketiga, pemaaf. Suatu ketika ada Kiai yang menuduh Gus Dur pendukung zionis, H. Nasihin menuturkan Gus Dur tak melupakan peristiwa itu, tetapi kiai tersebut akhirnya dimaafkan.
Kewalian Gus Dur juga bisa dilihat dari perspektif rasional. Gus Dur, merupakan wali Indonesia dalam arti yang sebenarnya, mewakili rakyat Indonesia, bahkan bukan hanya mewakili komunitas NU untuk memperjuangkan keadilan.
“Untuk NU dan Keadilan Bangsa”
Dr.(H.C.) K. H. Abdurrahman Wahid atau yang akrab disapa Gus Dur (lahir di Jombang, Jawa Timur, 7 September 1940 – meninggal di Jakarta, 30 Desember 2009 pada umur 69 tahun) adalah seorang tokoh Muslim Indonesia dan pemimpin politik yang menjadi Presiden Indonesia yang keempat dari tahun 1999 hingga 2001.
Abdurrahman Wahid adalah mantan ketua Tanfidziyah (badan eksekutif) Nahdlatul Ulama dan pendiri Partai Kebangkitan Bangsa (PKB).
“Gus Dur” lahir dengan nama Abdurrahman Addakhil. "Addakhil" berarti "Sang Penakluk". Kata "Addakhil" tidak cukup dikenal dan diganti nama "Wahid", dan kemudian lebih dikenal dengan panggilan Gus Dur. "Gus" adalah panggilan kehormatan khas pesantren kepada seorang putra kiai yang berati "abang" atau "mas".
Gus Dur adalah putra pertama dari enam bersaudara. Gus Dur lahir dalam keluarga yang sangat terhormat dalam komunitas Muslim Jawa Timur. Kakek dari ayahnya adalah K.H. Hasyim Asyari, pendiri Nahdlatul Ulama (NU), sementara kakek dari pihak ibu, K.H. Bisri Syansuri, adalah pengajar pesantren pertama yang mengajarkan kelas pada perempuan. Ayah Gus Dur, K.H. Wahid Hasyim, terlibat dalam Gerakan Nasionalis dan menjadi Menteri Agama tahun 1949. Ibunya, Ny. Hj. Sholehah, adalah putri pendiri Pondok Pesantren Denanyar Jombang.
KH Maimun Zubeir dan H. Nasihin Hasan Berdiskusi tentang Gus Dur dan menemukan tiga kelebihan Gus Dur.
Pertama, ia orang yang sangat dermawan atau loman. Ketika orang membutuhkan apa yang dia punya, diberikan, padahal kebutuhannya bukan main untuk keluarga.
Kedua, silaturrahmi. Kemana pun pergi, ia selalu berusaha mengunjungi teman yang dekat dengan lokasi tersebut. Ia tidak peduli, pokoknya ada lewat, ada teman, pasti diampiri. Kalau perlu dicari orangnya, karena sering berkunjung ke teman-temannya, akhirnya Gus Dur juga banyak menerima tamu di Jakarta.
Ketiga, pemaaf. Suatu ketika ada Kiai yang menuduh Gus Dur pendukung zionis, H. Nasihin menuturkan Gus Dur tak melupakan peristiwa itu, tetapi kiai tersebut akhirnya dimaafkan.
Kewalian Gus Dur juga bisa dilihat dari perspektif rasional. Gus Dur, merupakan wali Indonesia dalam arti yang sebenarnya, mewakili rakyat Indonesia, bahkan bukan hanya mewakili komunitas NU untuk memperjuangkan keadilan.
0 Response to "Peran GUSDUR Terhadap NU dan Keadilan Bangsa"
Post a Comment