-->

Umat Islam kese-TRUMP, Sebuah Catatan Untuk Aksi Bela Palestina

"Sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa, dan oleh sebab itu maka penjajahan diatas dunia harus dihapuskan."

            Kita sadari bahwa konflik TimurTengah, Israel-Palestina menjadisumber sentimen berbagai konflik di dunia, khususnya antara dunia Islam dan Barat. Kebencian dan permusuhan, bahkan kekerasan timbul dimana-mana, semuanya minimal terinspirasi oleh sentimen konflik PalestinaIsrael. Dan, salah satu isu terpenting dan menjadi dasar sentimen agama di kedua belah pihak adalah isu Yerusalem, atau Al-Quds dalam bahasa Arabnya.

           Amerika untuk medukung Yerusalem sebagai ibukota Israel merupakan
keputusan yang mengklaim sepihak, juga selangkah lebih maju untuk memindahkan kedubes AS dari Tel Aviv ke Yerusalem yang semakin mempererat Israel berdaulat atas kota tersebut. Hal ini berhasil menyetrum umat Islam diseluruh dunia, aksi dan seruanuntuk membela Palestina begitu ramai dilakukan diberbagai negara. Seperti halnya Indonesia, yang merupakan aksi terbesar di dunia dengan memberikan ancaman kepada AS jika tidak segera bersih keras mencabut klaim sepihak tersebut maka warga Indonesia akan segera memboikot semua produk AS yang ada di Indonesia. Namun keputusan Donald Trump tersebut Alhamdulillah ditolak oleh mayoritas negara, hanya 9 dari 128 negara yang menuyetujui keputusan donald trum tersebut. Dengan minimnya negara yang mendukung atas keputusan Donald Trump, maka berdasarkan hasil sidang, keputusan sepihak seorang Trump dinyatakan di TOLAK atau tidak berlaku.

MENGAPA status Yerusalem menjadi sangat sensiti dan bisa mempengaruhi perdamaian dunia?
        Kota Yerusalem merupakan kota suci bagi tiga umat, yakni Islam, Kristen, dan Yahudi. Sengketa sudah terjadi selama berabad-abad silam. Kali ini tentu bukan yang pertama kalinya.

           Yerusalem merupakan salah satu kota tertua di dunia.Israel maupun Palestina mengklaim Yerusalem sebagai ibu kota mereka, sebab Israel mempertahankan lembaga lembaga pemerintahan utamanya di sana dan negara Palestina pada dasarnya memandang kota ini sebagai pusat kekuasaannya. Bagaimanapun kedua klaim tersebut tidak ada satupun yang mendapat pengakuan luas secara internasional.

           Ketiga umat diatas meyakini bahwa Yerusalem ialah kota suci, karena yerusalem merupakan lokasi bersejarah bagi ketiga umat. Khususnya umat islam yang memiliki Kawasan terbesar dari ketiga umat tersebut. Di dataran tinggi kota Yerussalem berisi tempat suci Kubah Batu (Kubah As-Shakrah, atau Dome of the Rock) dan Masjid al Aqsa yang dikenal oleh umat Islam sebagai Haram Al-Sharif. Al-Aqsa ialah masjid tersuci ketiga bagi kaum muslim, setelah Masjidil Haram di Mekah dan Masjid Nabawi di Madinah. Al-Aqsa juga letak sejarah Isra’ Mi’raj Rosulullah Saw serta masjid yang menjadi sejarah atas kejayaan Islam. Orang-orang Muslim mengunjungi tempat suci ini sepanjang tahun, dan ratusan ribu umat Muslim setiap hari Jumat selama bulan suci Ramadan datang untuk sholat Jumat di Masjid ini.

              Umat kristen menggangap bahwa gereja yang ada di lokasi yerusalem merupakan kawasan yang sangat penting bagi Yesus, kematianya, penyaliban, dan kebangkitannya. Sedangkan Umat Yahudi memiliki Kortel atau Dinding Ratapan di kota yerusalem juga, yang didalamnya terdapat Ruang Maha Kudus (situs yang paling suci dalam agama Yahudi). Mereka percaya bahwa inilah tempat batu pondasi penciptaan dunia, dan tempat Abraham atau nabi Ibrahim siap mengorbankan anaknya yang bernama Ishak atau Ismail. Situs ini dikunjungi ribuan orang yahudi diseluruh dunia untuk berdoa.

           Padahal tanah Trump berjarak ribuan kilo meter dari Israel, tapi hatinya begitu dekat sehingga menjadi pembela terdepan dalam setiap kepentingan Israel. Demikian juga umat Islam di negeri ini, ribuan kilometer dari Palestina, tetapi keharusan mutlak untuk terpanggil membela Palestina dan Masjidil Aqsha.

           Kemarahan dan dendam umat Islam kepada AS yang dipimpin Donald Trump mencapai ubun-ubun. Betapa tidak, meminjam bahasa anak Betawi, AS adalah biang kerok atas semua kejadian yang ada. Upaya mendamaikan dunia khusunya konflik Timur Tengah Israel-Palestina, yang menjadi sumber sentimen berbagai konflik di dunia tidak bisa dibenarkan dengan Keputusan Trump berupa keputusan klaim sepihak, melainkan sebaliknya. Tapi itulah AS, penguasa terkuat dunia. Ideologinya kekafiran, maka outputnya adalah kezaliman. Apalagi pemimpinnya seorang Trump yang memiliki dendam kesumat terhadap umat Islam.

           Reaksi umat Islam terhadap arogansi AS terdapat kesan yang umumnya hanya marah terhadap keputusan Trump, dengan harapan Trump mencabut kembali keputusannya, untuk kemudian memaafkan AS dan Trump. Lalu kehidupan normal kembali.

           Sadarilah, keputusan Trump hanya bersifat politik, tidak langsung memberi dampak serius terhadap nyawa warga Palestina. Sementara kejahatan AS dalam membunuh nyawa umat Islam di Afghanistan, Iraq, Yaman, Suriah dan Somalia cenderung cepat dilupakan oleh umat Islam. Belum lagi kejahatan yang sifatnya tidak langsung, berupa licence to kill yang diberikan AS untuk mitra-mitra lokal dalam perang global melawan teror, juga menimbulkan banyak korban.Teror yang dimaksud ialah stigma yang diciptakan AS untuk mujahidin agar sah untuk dibunuh. Sehingga AS bisa cuci tangan tanpa ada dendam yang terpulang kepadanya. Ini merupakan permainan cantik dari AS yang berpadu dengan keluguan yang naif dari umat Islam. Dalam Artian AS secara hakikatnya sudah berlumuran darah, saat AS bermain cantik agar dendam umat Islam tak terpulang kepadanya.

           Umat Islam harus melawan dengan kebalikannya. Dendam kepada AS mesti untuk dipopulerkan. Dendam kesumat kepada AS untuk membalaskan sakit hati saudara seiman hukumnya sudah wajib. Lebih wajib dari sekedar marah terhadap kebijakan politik AS yang zalim terkait Yerusalem.

           Semoga umat Islam tidak meniru Kristen, Yesus disalib oleh Yahudi, malah proses pembunuhan itu yang diangkat sebagai perkara sakral, untuk sebuah ratapan yang syahdu, bahkan salibnya kemudian menjadi simbol suci kaum Kristen. Mereka gagal untuk dendam kepada Yahudi yang telah membunuh “tuhan” mereka, bahkan menjadikan pembunuhan itu sebagai barakah karena berguna untuk menebus dosa para pengikut Kristus.

              Yang ditakutkan lagi, umat Islam juga seperti itu. Kematian ribuan nyawa
umat Islam akibat kezaliman AS hanya dijadikan ratapan syahdu untuk membangkitkan romantisme mati syahid, tapi gagal untuk dendam kepada AS sebagai biang keroknya. Dan keputusan politik zalim soal Yerusalem hanya diingat sebagai pemantik protes membahana di seluruh dunia, lalu masing-masing bangga mengenang foto-foto selfie dengan latar gemuruh protes itu. Lalu “kepahlawanan” tersebut dikisahkan dengan heroik kepada anak dan cucu, tanpa menyelipkan dendam kepada AS.

           Oleh sebab itu sudah saatnya umat Islam untuk mempertimbangkan sebuah
pukulan mematikan kepada AS, sebagai bentuk pelampiasan dendam agar sakit hati keluarga korban terobati. Bisa terhadap kepentingan ekonominya atau apa saja yang menguras tenaganya. Jika belum mampu, setidaknya memberikan ribuan sayatan agar darah AS mengucur lalu tersungkur lemas, Jika itu juga belum mampu, pastikan umat Islam mewariskan untuk generasi muda dan anak cucu sebuah hutang dendam kepada AS karena telah membunuh ribuan umat Islam yang sampai detik ini umat Islam belum mampu untuk membalasnya.

           Sebab hanya dengan melumpuhkan AS umat Islam bisa merasakan hidup tenang. Lebih dari itu, syariat Allah juga mustahil dilaksankan dengan sempurna selagi kekafiran yang dipimpin AS belum ditaklukkan.


           Padi tidak akan tumbuh dan berbuah di tengah lahan yang dipenuhi rumput tinggi dan lebat. Singkirkan rumput, agar padimu tumbuh subur dan berbuah lebat. Sebuah sunnatullah kehidupan yang entah mengapa kebanyakan umat Islam belum memahaminya.
Oleh Cahrur Rozid

0 Response to "Umat Islam kese-TRUMP, Sebuah Catatan Untuk Aksi Bela Palestina"

Post a Comment

Iklan Bawah Artikel