Marketting Pesantren
Tuesday, 13 November 2018
Add Comment
Marketting
Pesantren
Oleh: Ahmad
Biyadi
Konon, ada satu
rumus yang saat ini disepakati oleh semua orang: persaingan. Apapun – saat ini
– tergenang dalam persaingan. Persaingan menciptakan perlombaan. Dan perlombaan
mengharuskan inovasi. Pendidikan tak luput dari persaingan itu. Pun dengan
pendidikan pesantren. Maka pesantren harus mengikuti arus perlombaan itu dengan
menghadirkan inovasi, baik dalam pengelolaan maupun dalam permak produk. Anggap
saja pesantren adalah lembaga korporasi.
Pandangan bahwa
lembaga pendidikan diminta banyak mencatut hal ihwal korporasi memang tidak
asing. Banyak kalangan mulai mengamini pandangan itu lalu berbenah. Dan
muncullah perkawinan paradigma antara pendidikan (yang non profit) dan
korporasi (tujuannya memang keuntungan). Kawin silang itu tak lantas
menarik-paksa lembaga pendidikan menjadi profit oriented. Akan tetapi
banyak hal dapat disadur, ditiru dan dimodifikasi dari paradigma lembaga
korporasi. Hal itu karena lembaga korporasi dapat dikatakan lebih awal hidup
dalam dunia persaingan. Anggap saja begitu.
Salah satu yang
dapat diambil adalah strategi pemasaran. Ini mendudukkan pesantren sebagai
produsen produk yang – tentu – diharuskan bermain cantik dalam melakukan sentuhan-sentuhan
pada konsumen. Bukan untuk mengkapitalisasi konsumen, karena sekali lagi poin
penting pesantren bukanlah profit. Tapi untuk memasarkan dan mengkampanyekan
kebenaran-kebenaran dalam ajaran pesantren. Di situlah ruang besar perbedaan
antara korposari dan lembaga pendidikan. Pada pesantren, santri adalah agen
kebenaran, masyarakat adalah konsumen, dan kebenaran adalah produknya. Atau
santri adalah produk, masyarakat dan wali santri adalah konsumen, dan pesantren
adalah produsennya.
Sedikit berbicara
pemasaran. Manusia senantiasa memiliki kebutuhan. Dan proses dalam pemenuhan
kebutuhan dan keinginan manusia inilah yang menjadi konsep pemasaran. Mulai
dari pemenuhan produk (product), penetapan harga (price),
pengiriman barang (place), dan mempromosikan barang (promotion).
Seseorang yang bekerja dibidang marketing disebut marketer. Marketer ini
sebaiknya memiliki pengetahuan dalam konsep dan prinsip marketing agar kegiatan
pemasaran dapat tercapai sesuai dengan kebutuhan dan keinginan manusia terutama
pihak konsumen yang dituju.
Unsur pemasaran
adalah empat komponen yang terdiri dari 4P yaitu: 1) product (produk), 2) Price
(harga), 3) Place (tempat, termasuk juga distribusi), dan 4) Promotion
(promosi). Unsur ini dapat dikembangkan lagi menjadi 7P dengan penambahan 5) People
(Orang), 6) Physical Evidence (Bukti Fisik), dan 7) Process (Proses).
1. Product (Produk)
Pada korporasi, produkbisaberupaapasaja, baikberwujudfisikmaupunbersifat digital. Produk
juga termasukjasamaupunlayanan yang dapatditawarkan. Sedang dalam pesantren, produk bisa berupa produk
fisik atau produk non fisik. Produk fisik terwujud pada santri lulusan atau
karya intelektual. Sedang produk non fisik terwujud berupa ide atau ajaran
pesantren yang diupayakan menyebar pada lapisan masyarakat.
2. Price (Harga)
Untuk mendapatkan
suatu barang atau jasa, konsumen perlu mengeluarkan sejumlah biaya. Dan biaya
inilah yang dimaksud dengan harga. Maka pada pesantren, price artinya biaya
yang dikeluarkan untuk mendapatkan produk fisik, yakni biaya mondok di
pesantren setempat.
3. Place (Tempat)
Pada korporasi,
place berarti tempat penjualan atau proses distribusi. Lokasi perusahaan dan
distribusi barang atau jasa adalah suatu komponen yang juga banyak berpengaruh
dalam pemasaran. Maka pada pesantren, place berarti lokasi pesantren dan
aksesibilitas pesantren. Lokasi pesantren dan mudahnya pesantren tersebut
diakses adalah bagian dari komponen ini.
4. Promotion
(Promosi)
Promosi yang
dimaksud adalah sebuah upaya persuasi (bujukan atau dorongan) untuk mengajak
para konsumen maupun calon konsumen untuk membeli (atau menggunakan) produk
maupun jasa yang dihasilkan oleh suatu perusahaan. Jika dikaitkan dengan
pesantren, promotion adalah segala upaya publikasi dan informasi pesantren
kepada khalayak ramai. Upaya ini dapat dilakukan dengan berbagai macam hal yang
terus berkembang seiring perkembangan teknologi.
5. People (SDM)
Faktor sumber
daya manusia sangat menentukan maju tidaknya sebuah perusahaan. Tak dapat kita
pungkiri bahwa faktor ini berperan penting dalam membuat suatu kemajuan atau
bahkan kemunduran dari suatu perusahaan. Inilah mengapa berbagai perusahaan
berlomba-lomba untuk mencari kandidat pekerja terbaik, mereka bahkan rela
membayar lebih untuk menyewa pihak pencari kerja independen yang sudah ahli
dalam mencarikan kandidat pekerja bagi perusahaan.
Pada konteks
pendidikan pesantren, SDM juga tak kalah penting sebagai bagian dari komponen
marketting. Proses publikasi dan informasi akan sangat tergantung pada sumber
daya manusia yang mengelola di dalamnya. Upaya meningkatkan mutu people
pesantren, baik dalam sisi pengelolaan (manajemen pendidikan) maupun sisi
marketting dapat dilakukan dengan banyak cara, misalnya pelatihan dan
kaderisasi.
6. Physical
Evidence (Bukti Fisik)
Unsurberikutnyaadalahphysical evidence (bukti fisik) atau packaging
(pengemasan). Umumnya, orang membentukkesanpertamamerekatentangsuatu produk dalam
30 detikpertamamelihatnyaataudenganmelihatbeberapaelemendariperusahaan.
Perbaikankecildalamkemasanatautampilaneksternaldariprodukmaupunlayananseringkalidapatmenyebabkanreaksi
yang samasekaliberbedadaripelanggan. Pun demikian dengan pesantren, kemasan fisik pesantren dan santri (produk)
adalah bagian dari komponen ini. Selain itu, kemasan non fisik dari pesantren
dan santri seperti prestasi dan plot unggulan yang dishow-up juga dapat
mempengaruhi kesan konsumen.
7. Process (Proses)
Proses yang
dimaksudadalahurutanpelaksanaanataukejadian yang salingterkait yang
kemudianbersama-samamengubahbahanmenjadiproduk. Pada perusahaanprodusen, pelaksanaaninidapatdilaksanakan oleh
manusiaataumesindenganmenggunakanberbagaisumberdaya yang ada. Poin penting dari komponen ini adalah kesabaran, konsistensi, dan kontinuitasdalampengelolaan dan pengembangan.
Dan dalam konteks
pesantren, proses dapat diterjemah dalam bentuk grand designkurikulum.
Hal itu dapat diupayakan dengan menentukan character building dan
langkah-langkahnya pada kurikulum lalu dipublikasi dan menjadi poin branding
pesantren tersebut.
0 Response to "Marketting Pesantren"
Post a Comment